
Semakin hari jumlah pasien yang positif terkena covid-19 atau virus corona di tanah air semakin bertambah, terutama di ibu kota Jakarta. Dari kejadian tersebut banyak usulan dari masyarakat akan perlunya lockdown bagi ibukota. Agar virus tersebut tidak menyebar luas.
Apa itu Lockdown?
Berdasarkan Kamus Bahasa Inggris Lockdown artinya kuncian. Maksud dari kata ini adalah negara yang terinfeksi virus corona mengunci akses masuk dan keluar untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas.
Definisi Lockdown merupakan suatu situasai dimana orang-orang tidak diizinkan untuk masuk atau menginggalkan sebuah bangunan atau area secara bebas karena keadaan darurat.
Aturan Lockdown di Indonesia
Berdasarkan UU no. 6 Tahun 2018
- Dasar pertimbangan karantina
- Pertimbangan Epidemiologis
- Besarnya Ancaman
- Efektifitas
- Dukungan Sumber Daya
- Teknis Operasional
- Pertimbangan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Keuangan
Perlukah Lockdown? Simak Ulasan Berikut!

Lockdown bisa meminimalisir atau mencegah penyebaran virus lebih luas dari suatu wilayah ke wilayah yang lain lagi. Opsi Lockdown di Indonesia sebenarnya sudah banyak disuarakan dari awal. Baik dari Ikatan Dokter Indonesia, Pemerintah Daerah, Politisi, Penggiat Seni,Influencer, bahkan masyarakat biasa. Namun masalahnya kewenangan lockdown ini ada pada pemerintah pusat. Sehingga harus pemerintah pusatlah yang memutuskan.
Alasan maju mundur dan jadi perdebatannya penerapan Opsi Lockdown ini, utamanya karena pertimbangan eknomi dan menghindari kepanikan pasar. Dimana pemerintah pusat bermaksud mengedepankan penyelamatan ekonomi nasional. Sekaligus mempertimbangkan keberlangsungan usaha kecil dan menengah. Yang banyak diantaranya hanya bisa dihasilkan apabila mereka beraktivitas secara normal.
Solusi standar seperti social distancing dan meniadakan keramaian itu masih kurang dan terbukti tidak berjalan dengan maksimal. Karena pemerintah kita sedari awal cenderung menanggapi corona dengan kurangnya persiapan. Terlihat dengan sedikitnya stok masker, APD, obat-obatan serta penuh dengan guyon dan kelakar, sehingga terkesan meremehkan. Sebuah cara menenangkan yang kurang tepat. Karena banyak diantara kitapun jadi ikut terbawa menanggapi isu corona dengan guyonan dan kurang waspada pada awalnya.

Namun, pemerintah harus sadar, bahwa kita semua kini berpacu dengan waktu. Semuanya semakin memburuk. Kini nilai rupiah jatuh tak terkendali bahkan ketitik yang sangat rendah dan virus corona justru semakin meluas penyebarannya. Kepanikan justru semakin kita rasa. Dan belum ada tanda-tanda akan mereda. Sehingga memilih opsi Lockdown sudah tak bisa ditunda lagi. Selagi masih ada harapan untuk bisa dikendalikan.
Negara lain juga mensubsidi rakyatnya dan mengalami kerugian ekonomi yang besar ketika memilih opsi Lockdown. Namun setidaknya penyebaran virus bisa ditekan untuk kemudian bisa diatasi secara bertahap. Percayalah, kepercayaan Pasar dan Investor bertahap akan negeri ini dapattkan kembali, seiring dengan aksi-aksi penanganan yang tepat dan terukur dari pemerintah kita. Jangan sampai kita seperti Italia yang cenderung santai, meremehkan dan terfokus pada penyelamatan pariwisata. Hingga akhirnya terlambat mengambil aksi lockdown.
Apa yang sekarang terjadi? Pariwisata berantakan, dan ratusan orang perhari meninggal karena virus corona menjadi semakin tak terkendali. Jangan sampai itu terjadi di negeri kita tercinta. Belum terlambat untuk mengambil opsi yang tepat bagi presiden. Sebagai pengambil keputusan kebijakan tertinggi di negeri ini, masyarakat juga berharap kebijakan yang terbaik untuk bangsa ini.